PENDAHULUAN
Makalah
ini berjudul tentang evaluasi pengadaan bahan koleksi perpustakaan yang sebagaimana
kita ketahui setelah sistem penngadaan itu selesai maka kita haruslah
mengevaluasi kegiatan yang telah kita lakukan dalam perpustakaan, dalam
evaluasi itu kita harus mengetaui apa itu evaluasi dan tujuan apa yang dapat
kita petik mengevaluasi kegiatan pengadaan tersebut.
Dalam
evaluasi itu kita haruslah mempunyai metode yang harus kita perhatikan karena dengan
metode langakah-langkah dalam mengevaluasi dengan mudah kita lakukan kekurangan
apa saja dalam sebuah perpustakaan yang kita jalani tersebut
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Pengadaan Bahan Pustaka
pengevaluasin
untuk menemukan jawaban dan solusi atas kendala-kendala yang menyelimuti
kinerja bagian pengadaan. Dengan harapan mampu menemukan jawaban yang menjadi titik
tolak dalam kemajuan sebauh perpustakaan. Perpustakaan merupakan lembaga yang
berfungsi pokok sebagai sumber informasi (source of information), khususnya
informasi ilmiah yang dibutuhkan oleh mahasiswa, dosen, peneliti, dan sebagainya.
Dalam perpustakaan secara garis besar ada 2 layanan yaitu : layanan
umum/pembaca dan layanan teknis. Layanan umum/ pembaca dimaksudkan untuk
memberikan jasa layanan kepada pembaca yaitu anggota perpustakaan. Sedangkan
layanan teknis adalah pekerjaan perpustakaa dalam mempersiapkan buku agar
nantinya dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembaca. Fungsi layanan
perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tujuan perpustakaan itu sendiri. Dan
tujuan dari perpustakaan itu sendiri yaitu memberikan pelayanan kepada pembaca
ialah agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu
dapat sampai ke tangan pembaca. Layanan teknis sendiri ada 3 hal yaitu :
pengadaan , pengolahan dan pemeliharaan bahan pustaka. Keterbatasan dana,
keragaman pemakai,berkembangnya jumlah buku dan majalah yang diterbitkan
B. Tujuan Evaluasi
Perpustakaan melakukan evaluasi bertujan
untuk :
a.
Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan
realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada.
b.
Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran
untuk pengadaan koleksi berikutnya.
c.
Untuk
menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi.
C. Metode Evaluasi Koleksi
Berbagai metode evaluasi koleksi telah dibahas dalam berbagai
tulisan, untuk memilihnya tergantung pada tujuan dan kedalaman dari proses
evaluasi. George Bonn memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi, yaitu:
1.
Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki
2.
Pengecekan
pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi
3.
Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke
perpustakaan
4.
Pemeriksaan koleksi langsung
5.
Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan
perpustakaan dalam penyampaian dokumen, dan
pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.
Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang
dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi
metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat
pada penggunaan. Dalam setiap kategori ada sejumlah metode evaluasi khusus.
Pedoman itu meringkas sebagian besar teknik-teknik yang digunakan sekarang ini
untuk mengevaluasi koleksi. Metode tersebut difokuskan untuk sumber daya
tercetak, tetapi ada unsur-unsur yang dapat digunakan dalam evaluasi sumber
daya elektronik. Adapun metode itu adalah:
·
Metode Terpusat pada Koleksi
Pencocokan pada Daftar (List Checking)
Metode
dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist)
merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi.
Ada beberapa kelemahan
dalam teknik pencocokan pada daftar untuk evaluasi koleksi, yaitu:
a.
Pemilihan judul untuk penggunaan yang khusus.
b.
Hampir semua daftar selektif dan bisa saja mengabaikan
banyak judul-judul publikasi yang bermutu.
c.
Banyak judul yang tidak sesuai untuk sebuah komunitas
perpustakaan yang khusus.
d.
Daftar-daftar itu mungkin saja sudah kadaluarsa.
e.
Sebuah perpustakaan mempunyai banyak judul yang tidak
tercantum pada daftar pencocokan.
f.
Pelayanan
pinjaman antar perpustakaan tidak
membawa bobot dalam evaluasi.
g.
Daftar pencocokan (checklist)
tidak memasukkan materi yang khusus yang sangat penting bagi sebuah
perpustakaan tertentu.
Ketika bertindak sebagai konsultan
pada kegiatan evaluasi koleksi, kami menggunakan langkah-langkah berikut
setelah menentukan tujuan dan sasaran perpustakaan:
1.
Mengembangkan seperangkat kriteria individu untuk
kualitas dan nilai.
2.
Mengambil sampel acak dari koleksi dan memeriksa
penggunaan perpustakaan
3.
Mengumpulkan data tentang judul yang diinginkan
4.
Mencatat judul yang diambil dari meja dan rak
(penggunaan baca di tempat).
5.
Mencatat secara rinci kegiatan pinjaman antar
perpustakaan (interlibrary loan).
6.
Cari tahu berapa banyak materi kuno dalam koleksi
(misalnya, penelitian sains yang lebih dari lima belas tahun namun tidak
dianggap sebagai ketinggalan jaman).
7.
Apabila checklist
memiliki relevansi bagi perpustakaan, lakukan itu, tetapi juga lakukan
penelitian tentang manfaat dari checklist
ini.
8.
Kaitkan temuan dengan tujuan dan sasaran perpustakaan.
Koleksi evaluasi memakan waktu,
tetapi setelah menyelesaikan kegiatan ini, staf tahu kekuatan dan kelemahan
koleksi.
Penilaian
Pakar
Metode
ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan
terhadap subjek yang dinilai. Prosesnya bisa memerlukan peninjauan terhadap
keseluruhan koleksi menggunakan daftar penjajaran (shelflist), bisa terbatas hanya pada satu subjek, itu yang sering
terjadi, tetapi bisa juga mencakup berbagai subjek tergantung pada penguasaan
pakar tersebut terhadap subjek yang akan dievaluasi.
Biasanya
metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi,
kegunaannya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kekurangan dan
kekuatan koleksi. Teknik mengandalkan pada penilaian seorang pakar ini jarang
digunakan tanpa dikombinasikan dengan teknik lain. Sering kali pelaku evaluasi
yang menggunakan teknik ini merasa tidak cukup bila hanya melihat keadaan di
rak. Maka mereka merasa perlu untuk mendapatkan kesan dari komunitas yang
dilayani. Pengumpulan pandangan dari berbagai pengguna bisa dianggap mewakili
pandangan komunitas. Dengan demikian pengguna didorong untuk terlibat dalam
proses evaluasi koleksi.
Perbandingan Data Statistik
Perbandingan
di antara institusi bermanfaat untuk data evaluasi. Namun ada keterbatasan
disebabkan oleh perbedaan institusional dalam tujuan, program-program, dan
populasi yang dilayani. Sebagai contoh, perpustakaan yang ada di sebuah sekolah
tinggi untuk bidang ilmu tertentu, misalkan ilmu ekonomi, tentunya berbeda
dengan perpustakaan yang ada di sebuah universitas yang mempunyai banyak
fakultas dengan berbagai bidang ilmu. Dengan hanya menyatakan jumlah koleksi
secara kuantitatif, sulit untuk dapat menyatakan kecukupan dari koleksi sebuah
perpustakaan. Jumlah judul atau eksemplar saja tidak dapat dijadikan ukuran
untuk melihat pertumbuhan koleksi. Tetapi dirasakan penting untuk mengembangkan
pendekatan kuantitatif untuk mengevaluasi koleksi yang berguna untuk pengambilan
keputusan, tetap dengan cara yang sederhana. Dengan dimanfaatkannya komputer
untuk menyimpan data bibliografi bahan pustaka telah menciptakan sarana
evaluasi yang sangat berguna. Di Amerika Serikat sebuah pangkalan data yang
meliputi koleksi berbagai perpustakaan yang tergabung dalam sebuah jaringan
bernama Washington Library Network (WLN) merupakan sarana evaluasi koleksi yang
banyak digunakan.
Sebuah
perpustakaan bisa membandingkan koleksi yang dimiliki dengan koleksi
perpustakaan lain yang tergabung dalam jaringan WLN. Berhubung banyak
perpustakaan di Amerika Serikat menggunakan standar klasifikasi Library of
Congress, untuk membandingkan koleksi sebuah perpustakaan dengan data yang ada
di WLN, data statistik koleksi dibandingkan berdasarkan nomor klasifikasi
Library of Congress.
Dengan
menggunakan pangkalan data jaringan WLN bisa diperoleh data seperti jumlah
judul buku yang ada di koleksi sebuah perpustakaan untuk setiap nomor
klasifikasi dibandingkan dengan koleksi perpustakaan lain, jumlah judul buku
yang hanya dimiliki oleh sebuah perpustakaan untuk setiap nomor klasifikasi,
dan berapa jumlah judul buku yang sarna yang ada di koleksi berbagai
perpustakaan lain untuk setiap nomor klasifikasi, serta berbagai perbandingan
data stastistik koleksi lainnya.
Standar Koleksi
Tersedia
berbagai standar yang diterbitkan untuk hampir setiap jenis perpustakaan.
Standar itu memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi.
Standar itu ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, ada pula yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Contoh dari standar adalah Standards for College Libraries, antara
lain memuat informasi mengenai cara untuk menentukan tingkatan kelas sebuah
perpustakaan dalam ukuran koleksi berdasarkan persentase koleksi yang dimiliki
dibandingkan dengan ukuran yang ideal.
Maka
apabila ukuran koleksi sebuah perpustakaan sama atau melebihi dari yang ideal,
maka perpustakaan itu mendapat kelas A. Untuk perpustakaan yang ukuran
koleksinya di bawah yang ideal mendapat kelas di bawah A. Sebuah contoh standar
yang lain, Books for College Libraries
menyatakan bahwa sebuah perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai program
pendidikan sarjana empat tahun seharusnya mempunyai koleksi minimum 150.000
eksemplar, 20% diantaranya seharusnya terbitan berkala yang sudah dijilid dan
sisanya 80% adalah judul-judul monograf.
Metode
Terpusat pada Penggunaan
Kajian Sirkulasi
Pengkajian
pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin
populer. Dua asumsi dasar dalam kajian pengguna/penggunaan adalah: 1) Kecukupan
koleksi buku terkait langsung dengan pemanfaatannya oleh pengguna, dan 2)
Statistik sirkulasi memberikan gambaran yang layak mewakili penggunaan koleksi.
Dengan
digunakannya komputer dalam melaksanakan transaksi peminjaman, maka semakin
mudah untuk memantau data sirkulasi. Ada masalah dengan data sirkulasi
dikaitkan dengan nilai koleksi, karena data itu tidak termasuk data koleksi
yang dibaca di dalam perpustakaan. Beberapa jenis koleksi seperti referens dan
jurnal biasanya tidak dipinjamkan. Jadi data sirkulasi belum mewakili keseluruhan
data pemanfaatan koleksi.
Persepsi
Pengguna
Survei
untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna
dalam program evaluasi koleksi.
Hanya
perlu diperhatikan objektivitas dari pengguna dalam menilai kecukupan koleksi
dalam memenuhi kebutuhannya. Jangan sampai ketidaktahuan pengguna dalam mencari
informasi di perpustakaan mengakibatkan penilaian kurangnya koleksi untuk
memenuhi kebutuhan akan informasinya.
Begitu
juga dengan lemahnya sistem temu kembali bisa mengakibatkan seolah-olah koleksi
perpustakaan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pengguna. Perlu juga diketahui
latar belakang pengguna mengapa seseorang mengatakan positif atau negatif
tentang koleksi. Tentunya pengguna yang sudah sering menggunakan perpustakaan
akan memberikan pendapat yang lebih obyektif dibandingkan dengan pengguna yang
baru atau bahkan tidak pernah menggunakan perpustakaan. Namun demikian bukan
berarti bahwa pengguna atau calon pengguna yang demikian pendapatnya tidak
perlu didengar.
Penentuan
responden secara acak tentunya akan memasukkan semua unsur dalam populasi pengguna,
termasuk pengguna potensial (belum menjadi pengguna). Perlu juga ada pertanyaan
bagi pengguna potensial mengapa mereka tidak menjadi pengguna perpustakaan,
apakah karena koleksinya tidak memenuhi kebutuhan mereka, ataukah karena mereka
tidak mengetahui apa yang ada di koleksi perpustakaan? Dengan demikian yang
menjadi masalah bukanlah koleksinya, tetapi masalah promosi perpustakaan. Semua
itu harus menjadi masukan bagi evaluasi koleksi. Penentuan pertanyaan yang jeli
akan menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat, menghilangkan kemungkinan
kesimpulan yang menyesatkan.
Menggunakan Statistik Pinjam Antar
Perpustakaan
Bila
pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada
masalah dengan koleksi perpustakaan itu. Namun bisa juga ada hal lain yang
menyebabkan penggunanya lebih suka menggunakan perpustakaan lain seperti
pelayanannya lebih baik, keadaan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah dan
cepat menemukan buku di rak, dan berbagai alasan lainnya yang tidak ada hubungannya
dengan kecukupan koleksi. Tetapi tetap saja ada kemungkinan bahwa sumber dari
semua masalah adalah koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pustakawan harus mencari informasi mengapa hal itu terjadi dan alasan utama
terjadinya penggunaan perpustakaan lain oleh komunitasnya.
Pustakawan
pengembangan koleksi juga harus secara berkala memeriksa data pinjam antar
perpustakaan, bila pelayanan itu ada. Bila ada buku atau jurnal yang tidak
dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui pinjam antar perpustakaan,
berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi, sehingga sewajarnya
bila buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan. Bila buku atau jurnal itu
sudah ada di koleksi, tetapi juga banyak diminta melalui pinjam antar
perpustakaan, berarti diperlukan duplikat yang lebih banyak untuk buku
tersebut. Untuk jurnal yang biasanya sangat mahal harga berlangganannya, perlu
dipikirkan bagaimana sistem baca di tempat yang lebih memberikan kesempatan
yang merata kepada pengguna.
Kajian
Sitasi
Pada
dasarnya, ini adalah variasi pada metode checklist,
tetapi untuk bahan tingkat penelitian. Metode ini sangat berguna di
perpustakaan Perguruan Tinggi. Dengan melakukan kajian sitasi, pemetaan bidang
ilmu dapat dilakukan sehingga perpustakaan dapat mengetahui literatur-literatur
yang berkaitan dengan bidang ilmu tersebut.
Kajian sitiran dapat
memberikan cara untuk melakukan perubahan dalam kekuatan koleksi. Kajian
sitiran juga dapat memperlihatkan data tentang ketersediaan literatur yang
disitir dalam penelitian di perpustakaan.
Cara
Penelusuran
Salah
satu teknik evaluasi lainnya adalah layak disebutkan, meskipun bukan mengenai
alat pengembangan koleksi. Beberapa tahun yang lalu, T. Saracevic dan lain-lain
melakukan studi tentang penyebab frustrasi pengguna dalam perpustakaan
akademik. Metode ini mengharuskan seorang anggota staf atau peneliti untuk
melihat pengguna saat mencari bahan. Fokusnya adalah pada ketersediaan bahan
perpustakaan dan alasan tidak tersedia. Dengan metode ini, satu penelitian
dilakukan untuk dua jenis pencarian: pencarian untuk item tertentu, disebut
penelusuran diketahui (known search)
dan mencari bahan tentang suatu topik (subject
search). Dalam penelusuran diketahui ada enam poin temuan, atau kesalahan:
1. Kesalahan
bibliografi. (Pengguna melakukan sitasi tidak benar, sitasi yang benar
diverifikasi di beberapa sumber, dan item tersebut benar terdaftar dalam
katalog).
2. Kesalahan
akuisisi. (Pengguna melakukan sitasi dengan benar, namun perpustakaan tidak
memiliki judul).
3. Kesalahan
penggunaan katalog. (Pengguna melakukan sitasi dengan benar tetapi gagal untuk
menemukan nomor panggil yang ada di katalog atau gagal untuk mencatat nomor
dengan benar).
4. Kesalahan
sirkulasi. (Item yang diinginkan diidentifikasi, tetapi sedang disirkulasi atau
dibawa orang lain).
5. Kesalahan
kegagalan perpustakaan. (Operasi atau kebijakan perpustakaan memblokir akses ke
item yang diinginkan; kesalahan tersebut termasuk barang yang hilang dan tidak
ada pengganti, atau item salah penjajaran, di penjilidan, atau menunggu untuk
dijajarkan kembali).
6. Kesalahan
retrieval. (Pengguna memiliki nomor panggil atau lokasi yang benar tetapi tidak
dapat menemukan item sebagaimana mestinya).
Untuk
pencarian subjek, bukan akuisisi dan kesalahan bibliografi, yaitu:
1. Kesalahan
pencocokan pertanyaan. Ini terjadi pada awal pencarian ketika pengguna gagal
menemukan kesesuaian antara judul topik pencarian dan subjek perpustakaan
2. kesalahan
menyediakan judul. Ini terjadi di akhir pencarian ketika pengguna tidak memilih
salah satu item yang terdaftar di bawah tajuk subjek yang cocok atau tidak
meminjam item setelah memeriksa daftar tersebut.
Jelas,
teknik ini di luar penilaian koleksi (collection
assesment), tetapi memiliki implikasi pengembangan koleksi yang jelas dalam
hal judul khusus yang diperlukan, kelemahan wilayah subjek, dan masalah berapa
banyak salinan dari judul untuk dimiliki.
Setiap
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Seringkali yang terbaik adalah
menggunakan beberapa metode yang saling dapat menutupi kelemahannya